Ejaan yang Pernah Berlaku di Indonesia
Disusun oleh :
Mohammad Fauzan Amin
15040674065
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat limpahan rahmat, anugrah, dan hidayahnya saya dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang ejaan – ejaan yang pernah digunakan di
Indonesia ini.
Dalam makalah ini terdapat penjelasan
mengenai ejaan – ejaan yang pernah berlaku di Indonesia hingga saat ini, selain
itu didalamnya juga dilengkapi contoh penggunaan ejaan tersebut dalam sebuah
kalimat. Saya berharap makalah ini dapat menjadi penambah pengetahuan bagi
pembaca tentang berbagai macam ejaan di Indonesia.
Saya sebagai penulis juga berharap
agar generasi muda dapat lebih menghargai bahasanya sendiri dan tidak merusak
tatanan bahasa Indonesia serta dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar karena bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah untuk dipelajari
karena didalamnya berisi aturan yang simple.
Mudah – mudahan dengan dibuatnya
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis. Kritik dan saran sangat
dibutuhkan agar dalam membuat makalah selanjutnya dapat menghasilkan makalah
yang lebih baik dari sebelumnya. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun
selalu dinantikan demi perbaikan dalam menyusun makalah selanjutnya.
Surabaya,
9 Oktober 2015
Penulis,
Mohammad
Fauzan Amin
|
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................... i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PEMBAHASAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................
1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ...............................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1 Ejaan Bahasa Indonesia .............................................................................................. 3
2.2 Ejaan van Ophuysen .............................................................................................. 3
2.3 Ejaan Soewandi .......................................................................................................... 5
2.4 Ejaan Melindo ........................................................................................................... 7
2.5 Ejaan Yang Disempurnakan ................................................................................... 8
2.6 Ejaan Indonesia Lama ............................................................................................... 9
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 11
3.2 Saran .......................................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ejaan tidak sama
dengan mengeja. Mengeja berasal dari kata dasar eja. Eja menjadi
mengejaartinya melafalkan atau meneybutkan huruf-huruf satu demi satu. Misalnya
kata makan, jika dieja menjadi “m-a-k-a-n”. Ejaan diartikan
sebagai suatu ilmu yang menerangkan bagaimana kita harus menyatakan bahasa
bentuk lisan, kedalam bahasa bentul tulisan. Atau pengetahuan hukum, bagaimana
cara menuliskan atau me;ambangkan bahasa bentuk lisan.
Kamus Besar
Indonesia menerangkan bahwa ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf)
serta penggunaan tanda-tanda baca.
Dalam kaidah
bahasa Indonesia dikenal beberapa ejaan, antara lain (1) Ejaan van Ophuysen.
Ejaan ini disusun dan digunakan sejak 1901. (2) Ejaan Soewandi, ditetapkan
tahun 1947 dengan SK Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan 19 Maret
1947 No.264/Bhg A. (3) Ejaan Malindo yang terbentuk pada tahun 1959. (4)
Ejaan Indonesia Lama. (5) Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (kemudian
disingkat EYD) berlaku sejak 1972. Berkaitan dengan ejaan dalam bahasa
Indonesia, secara lengkap dapat dibaca pada makalah ini.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan
penulis jelaskan pada makalah ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimanakah
penjelasan Ejaan van Ophuysen dan contoh penggunaan dalam kalimat ?
2. Bagaimanakah
penjelasan Ejaan Soewandi dan contoh penggunaan dalam kalimat ?
3. Bagaimanakah
penjelasan Ejaan Malindo dan contoh penggunaan dalam kalimat ?
4. Bagaimanakah
penjelasan Ejaan Indonesia Lama dan contoh penggunaan dalam kalimat ?
5. Bagaimanakah
penjelasan Ejaan Yang Disempurnakan dan contoh penggunaan dalam kalimat
?
1.3 Tujuan
penulisan
1. Mengetahui
bagaimanakah penjelasan Ejaan van Ophuysen dan contoh penggunaan dalam kalimat
2. Mengetahui
bagaimanakah penjelasan Ejaan Soewandi dan contoh penggunaan dalam
kalimat
3. Mengetahui
bagaimanakah penjelasan Ejaan Malindo dan contoh penggunaan dalam
kalimat
4. Mengetahui
bagaimanakah penjelasan Ejaan Indonesia Lama dan contoh penggunaan dalam
kalimat
5. Mengetahui
bagaimanakah penjelasan Ejaan Yang Disempurnakan dan contoh penggunaan
dalam kalimat
1.4 Manfaat
penulisan
·
Bagi Pembaca
Pembaca
akan mengetahui penjelasan dari berbagai macam Ejaan Bahasa Indonesia mulai
dari ejaan yang digunakan sebelum penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
dewasa ini.
·
Bagi Penulis
Penulis dapat lebih memahami tentang
ejaan – ejaan yang pernah digunakan di Indonesia dan dapat memberikan contoh
penggunaan ejaan tersebut dalam sebuah kalimat.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Ejaan Bahasa Indonesia
Sebelum
Ejaan yang Disempurnakan seperti yang kita gunakan sejak tahun 1972, kiranya
kita perlu mengetahui barang sedikit mengenai ejaan bahasa Melayu di Indonesia
yang kemudian akan dijadikan dasar atau ejaan Bahasa Indonesia. Berikut akan
dijelaskan beberapa ejaan yang pernah digunakan di Indonesia
2.2 Ejaan van Ophuysen
Perlu
diketahui bahwa sebelum tahun 1900 atas dasar surat Putusan Pemerintah Kerajaan
Belanda NO.104/1871, perihal penggunaan bahasa Melayu dan pemberian fasilitas
pendidikan untuk bangsa pribumi Ch.A van Ophuysen mulai merintis membuat ejaan
bahasa Melayu dengan menggunakan huruf Latin. Kita perlu ingat bahwa sebelum
itu ejaan bahasa Melayu yang berlaku di negeri Melayu masih menggunakan huruf
Arab yang sudah disederhanakan.
Untuk melengkapi
khasanah Ejaan Bahasa Indonesia, berikut ini adalah beberapa bentuk dan aturan
yang berlaku didalam Ejaan Ophuysen.
2.2.1 Penggunaan
Fonem/Huruf Latin
Vokal : a,i,u,e,o,oe
Diftong : ai,au,oi
Konsonan : b, d, g, h, j, k, l, m, n, p, r, s, t, w.
tj, dj, nj, sj, ch, ng
sedangkan fonem e, f, q, u, v, x, y,
z yang termasuk fonem bahasa asing, kadang – kadang dipinjam untuk menuliskan
kata – kata turunan
·
Tanda seru (
! )
·
Tanda kutip (
“.....” )
·
Tanda elipsis ( . . . . . )
·
Tanda trema (
” )
·
Hamzah (
` )
·
Ain (
‘ )
|
·
Titik (
. )
·
Koma (
, )
·
Titik koma (
; )
·
Titik dua (
: )
·
Tanda hubung ( - )
·
Tanda garis miring ( / )
·
Tanda kurung ( )
2.2.3 Peraturan Ejaan
1. Warna
bunyi u diubah menjadi oe
Contoh
: boekoe, oenzoer, sepoeloeh
2. Warna
bunyi e diwujudkan dua lambang, seperti :
·
E lemah/ e pepet : benar, beberapa, sementara, semesta, kelelawar
·
E aksen/ e taling : èlok, èsok, bolèh, èlèktro, dan sebagainya
3. Bila
suku pertama berakhir dengan oe dan suku kedua diawali dengan a/i/e,
maka dibubuhkan huruf W diantaranya :
·
Oe - ang menjadi oewang
·
Loe - ar menjadi loewar
·
Doe - it menjadi doewit
·
Boe - at menjadi boewat
4. Bila
suku pertama berakhir dengan i dan suku kedua diawali dengan a/u,
dibubuhkan huruf J diantaranya :
·
Ti - ang menjadi tijang
·
Si - ang menjadi sijang
·
Li - ur menjadi lijur
Kecuali
: seperti kata – kata dibawah ini :
Contoh : Siapa, tiara, biawak,
siamang, dan seterusnya.
5. Tanda
trema dibubuhkan diatas akhiran an, apabila suku kata terakhir
menggunakan a :
Contoh
: rabaȁn, sangkaȁn, keadaȁn, perkataȁn, kekoewasaȁn.
Catatan : Hal
tersebut disebabkan karena dalam bahasa Belanda terdapat fonem aa seperti
pada kata – kata schakelaar, exemplaar, mangaan, centrifugaal.
6. Tanda
trema dibubuhkan diatas akhiran i, dengan maksud untuk membedakan
diftong ai dengan akhiran i :
Contoh
: moelaȉ, goelaȉ, dihargaȉ, menamaȉ, menyukaȉ, dan sebagainya.
7. Hamzah
dari lambang bahaasa Arab diterapkan pada kata – kata :
Contoh
: ta`loek, ra`jat, ta`at, ma`loem, moe`alim, dan lain sebagainya.
8. Ain
dari lambang bahasa Arab diterapkan pada kata – kata :
Contoh
: ‘alamat, ‘amal, ‘alim, ‘adil, ‘alam, dan sebagainya.
9. Tanda
hubung digunakan untuk menyatakan perulangan kata.
Contoh
: main-main, olèh-olèh, berlari-lari, anak-anakan.
10. Tanda
hubung digunakan untuk merangkaikan kata majemuk dan kata-kata :
Mèrah-padam,
lalu-lintas, ketjil-hati, keras-kepala, pandjang-tangan.
11. Tanda
kutip/ apostrof digunakan untuk memberi tanda yang dipentingkan dan untuk kalimat
tanya jawab :
Contoh
: “Apakah saudara soedah setodjoe?”
“Soedah !”
“Pergilah sekarang !”
“Ia berkata lagi : sekarang
soedah poekoel 12.00”
12. Tanda
– tanda lainnya digunakan seperti halnya dalam penggunaan ejaan Soewandi dan
EYD
13. Fonem
– fonem z, ch, f, sj digunakan untuk kata – kata yang berasal dari bahasa Arab
:
Contoh
: izin, zaman, idjazah, djenazah, zakat, zimat, chasanah, choesoes, ichlas,
fana, fakir, fitnah, sjoekoer, sjaraf, dan sebagainya.
Dengan bantuan
para ahli bahasa, usaha perbaikan ejaan Ophuysen dilakukan dari tahun ke tahun
dan baru mendapat bentuk yang mantap pada tahun 1926, dua tahun sebelum Kongres
Pemuda yang diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober 1928.
2.3 Ejaan Soewandi (Republik)
Selama Kogres
Pemuda Bahasa Indonesia I pada tahun 1938 di kota Solo telah dibicarakan untuk
disempurnakan, karena masih dianggap kurang praktis. Tetapi usaha pemyempurnaan
tersebut kurang efektif, mengingat situasi politik dan akibat Perang Dunia ke 2
di negara kita.
Setelah mengalami
bermacam-macam proses selama Pemerintahan Dai Nippon sampai Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia maka pada tanggal 19 Maret 1947 oleh Menteri Pengajaran,
Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi dikeluarkan Surat Keputusan No.
264/Dhg.A/47 tentang perubahan dan berlakunya Ejaan bahasa Indonesia. Ejaan
baru inilah yang lebih dikenal sebagai Ejaan Soewandi atau Ejaan
Republik.
Prinsip Ejaan Soewandi sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan Ejaan Ophuysen, karena penggunaan fonem, tanda
– tanda baca, dan peraturannya hampir sama. Hanya saja ada beberapa hal yang
menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik ini, yaitu :
Ø Huruf
/oe/ diganti dengan /u/, seperti dalam kata berikut :
Contoh : goeroe
menjdi guru
itoe menjadi itu
oemoer menjdi umur
Ø Bunyi
hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti dalam kata berikut :
Contoh : tida’
menjadi tidak
Pa’ menjadi Pak
ma’lum menjadi maklum
Ø Angka
dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan, seperti kata berikut :
Contoh
: beramai-ramai menjadi be-ramai2
anak-anak menjadi anak2
berlari-larian
menjadi ber-lari-2an
berjalan-jalan
menjadi ber-jalan2
Ø Awalan di- dan
kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti berikut :
Contoh : diluar (kata depan),dikebun (kata
depan), ditulis (awalan), diantara (kata depan), disimpan (awalan), dipimpin (awalan),
dimuka (kata depan), ditimpa (awalan), disini (kata
depan).
Ø Tanda
trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar suku kata diftong,
seperti kata berikut :
Contoh
: Didjoempaϊ menjadi didjumpai
Dihargaϊ menjadi dihargai
Moelaϊ
menjadi mulai
Ø Tanda
aksen pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti pada kata berikut :
Contoh
: ẻkor menjadi ekor
hẻran mejadi heran
mẻrah menjadi merah
berbẻda menjadi berbeda
Ø Di
hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk mengindahkan cara
tulis.
Contoh
: Menjtjuri menjdi mentjuri
Menjdjual menjadi mendjual
Ø Ketika
memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap sebagai
suku-suku kata yang terpisah :
Contoh
: be-rangkat menjadi ber-angkat
atu-ran menjadi atur-an
Ø Huruf-huruf q,
x, dan y tidak diatur pemakainnya dalam ejaan. Huruf c hanya
dipakai dalam hubungannya dengan huruf ch.
2.4 Ejaan Melindo
Setelah
Ejaan Soewandi berjalan beberapa tahun, maka didalam Konsep Bahasa
Indonesia II di Medan pada tahun 1954
diputuskan untuk lebih disempurnakan. Hasil keputusan tersebut merupakan Konsep
Ejaan Pembaharuan yang selesai pada tahun 1957.
Pada akhir tahun
1957 para penulis mulai pula merasakan kelemahan yang terdapat pada Ejaan
Republik itu. Ada kata-kata yang sangat mengganggu penulisan karena ada satu
bunyi bahas yang dilambangkan dengan dua huruf, seperti dj, tj, sj, ng, dan ch.
Para pakar bahasa menginginkan satu lamabang untuk satu bunyi. Gagasan tersebut
dibawa ke dalam pertemuan dua Negara, yaitu Indonensia dan Malaysia. Dari
pertemuan itu, pada akhir tahun 1959 Sidang Perutusan Indonensia dan Melayu
(Slametmulyana dan Syeh Nasir bin Ismail, masing-masing berperanan sebagi ketua
perutusan) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama
Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Dalam konsep itu
memperlihatkan bahwa satu bunyi satu bahasa dilambangkan dengan satu huruf. Salah satu lambang itu adalah
huruf j sebagai pengganti dj, huruf c sebagai pengganti huruf tj, huruf η
sebagai pengganti ng, dan huruf ή sebagai pengganti nj.
Berikut adalah beberapa contoh
penggunaan Ejaan Melindo :
·
sejajar sebagai
pengganti sedjadjar
·
mencuci sebagai
pengganti mentjutji
·
meηaηa sebagai
pengganti dari menganga
·
berήaήi sebagai
pengganti berjanji
Ejaan Melindo tidak pernah diresmikan. Di samping
terdapat beberapa kesukaran teknis untuk menuliskan beberapa huruf,
politik yang terjadi pada kedua negara antara Indonesia-Malaysia tidak
memungkinkan untuk meresmikan ejaan tersebut. Perencanaan pertama yang
dilakukan dalam ejaan Melindo, yaitu penyamaan lambang ujaran antara kedua negara, tidak dapat diwujudkan.
Perencanaan kedua, yaitu pelambangan setiap bunyi ujaran untuk satu lambang,
juga tidak dapat dilaksanakan. Berbagai gagasan tersebut dapat dituangkan dalam
Ejaan bahasa Indonensia yang disempurnakan yang berlaku saat ini.
2.5 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Perlu dikertahui bahwa sesuai dengan perkembanan politik
antara Republik Indonesia dengan Persekutuan Tanah Melayu, pada tahun 1959
telah terjalin perjanjian persahabatan antara kedua negara tersebut. Selain
perjanjian yang bersifat politis, dibicarakan pula tentang masalah bahasa. Maka
terjadilah suatu konsep ejaan yang dikenal dengan Ejaan Melindo.
Tetapi, mengingat situasi politik antara
kedua negara pada tahun – tahun berikutnya, kosep tersebut rupanya sulit untuk
diresmikan.
Sebagai tindak lanjut penyempurnaan Ejaan
Soewandi adalah menjadi tugas Lembaga Bahasa dan Kesusasteraan yang
kemudian ditingkatkan fungsinya menjadi Lembaga Bahasa Nasional pada tahun
1968.
Konsep – konsep ejaan yang telah dihasilkan dan dikaji
beberapa kali, akhirnya ditetapkan sebagai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
atas dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.03/A.I/72
tertanggal 20 Mei 1972
Ejaan Yang Disempurnakan itu
dinyatakan secara resmi dan berlaku mulai tanggal 17 Agustus 1972 dengan Surat
Keputusann Presiden Republik Indonesia No.52 tahun 1972. Berikut adalah pedoman
penggunaan EYD.
2.5.1
Abjad
Abjad yang digunakan dalam
bahasa Indonesia terdiri dari huruf yang terdiri dari :
Huruf Besar/ kecil Pengucapan Huruf Besar/kecil
Pengucapan
A a a L l el
B b be M m em
C c ce N n en
D d de O o o
E e e P p pe
F f ef Q q ki
G g ge R r er
H h ha S s es
I i i T t te
J j je U u u
K k ka V v fe
Huruf Besar/Kecil
|
Pengucapan
|
|
W
|
w
|
we
|
X
|
x
|
eks
|
Y
|
y
|
ye
|
Z
|
z
|
zet
|
2.5.2 Huruf Vokal
a, i, u, e, o
Contoh : arang, mati, basah, izin, paling,
bilang, emas, serba, partikel, media,
usang, ulang, susut, baru.
2.5.3 Huruf Diftong
Ada tiga hruruf diftong, antara lain : ai, au, oi
2.5.4 Gabungan Huruf
Konsonan
Ada empat gabungan huruf konsonan, antara lain : kh, ng,
ny, sy
Ejaan Yang
Disempurnakan ini merupakan penyempurnaan dari ejaan – ejaan seblumnya yang
merupakan hasil kerja dari Panitia Ejaan Bahasa Indonesia yang dibentuk oleh
LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusasteraan) pada tahun 1966. Sampai saat ini EYD
masih digunakan.
2.5 Ejaan Indonesia Lama
Dahulu
masyarakat Indonesia sebelum mengenal Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
menggunakan Ejaan Indonesia Lama untuk menulis. Cara penulisan Ejaan Indonesia
Lama dengan EYD sangat berbeda terutama dari hurufnya. Pada Ejaan Indonesia
Lama, menggunakan satu bunyi dilambangkan dengan dua huruf. Ini sangat berbeda
dengan EYD yang kita kenal sekarang. Berikut adalah beberapa bentuk ejaan
Indonesia Lama :
1.
dj sama denga j
Huruf
j dimasa lalu adalah dj. Sedangkan pada masa sekarang dj menjadi
j.
Contoh
: Djakarta (Jakarta), djembatan (jembatan), djalan (jalan), dan lain sebaainya.
2.
j sama dengan y
huruf
y dimasa lalu adalah j. Sedangkan pada masa sekarang j menjadi
y.
Contoh
: Jogjakarta (Yogyakarta), pepaja (pepaya), supaja (supaya), dan lain
sebagainya.
3.
tj sama dengan u
huruf
c dimasa lalu adalah tj. Sedangkan dimasa sekarang tj menjadi
c.
Contoh
: Pantjasila (Pancasila), pantji (panci)
4.
oe sama dengan u
Huruf u di masa lalu adalah oe. Sedangkan di pada masa
sekarang oe menjadi u.
Contoh: oelar (ular), goeroe
(guru), soekar (sukar), boekoe (buku)
5.
nj sama dengan ny
Huruf ny di masa lalu adalah nj. Sedangkan di pada masa
sekarang nj menjadi ny.
Contoh: njonja (nyonya), njali
(nyali), njala (nyala), tanja (tanya)
6.
sj sama dengan sy
Huruf sy di masa lalu adalah sj. Sedangkan di pada masa
sekarang sj menjadi sy.
Contoh: moesjawarah
(musyawarah), sjarat (syarat), sjair (syair), sjafa'at (syafaat)
7.
ch sama dengan kh
Huruf kh di masa lalu adalah ch. Sedangkan di pada masa
sekarang ch menjadi kh.
Contoh: achir (akhir), chalajak
(khalayak), chas (khas), chasiat (khasiat)
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
penjelasan diatas mengenai Ejaan – ejaan yang pernah digunakan di Indonesia
mulai dari Ejaan van Ophuysen, Ejaan Soewandi, Ejaan Melindo, Ejaan
Indonesia lama, dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dapat ditarik
kesimpulan, antara lain :
3.1.1
Ejaan van Ophuysen
Ejaan ini pertama
kali dirintis oleh Ch.A van Ophuysen, beliau melakukan itu atas dasar surat
Putusan Pemerintah Kerajaan Belanda NO.104/1871, perihal penggunaan bahasa
Melayu dan pemberian fasilitas pendidikan untuk bangsa pribumi. Ejaan yang digunakan
adalah ejaan bahasa Melayu dengan menggunakan huruf Latin.
Contohnya
:
ü Beberapa
toekang ojèk moelaȉ beroebah profèsi
ü Iboe
menjoeal koewe di pasar
ü Ra`jat
haroes ta`at pada peratoerȁn pemerintah
3.1.2
Ejaan Soewandi (Ejaan Republik)
Pada tanggal 19 Maret 1947 oleh Menteri Pengajaran,
Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi dikeluarkan Surat Keputusan No.
264/Dhg.A/47 tentang perubahan dan berlakunya Ejaan bahasa Indonesia. Ejaan
baru inilah yang lebih dikenal sebagai Ejaan Soewandi atau Ejaan
Republik.
Contoh :
ü Pak
guru memarahi anak2 karena ramai
ü Pentjuri
itu dibawa ke kantor polisi
ü Ayah
suka ber-jalan2 di alun2 kota.
3.1.3
Ejaan Melindo
Pada akhir tahun 1957 para penulis mulai pula
merasakan kelemahan yang terdapat pada Ejaan Republik. Ada kata-kata yang
sangat mengganggu penulisan karena ada satu bunyi bahas yang dilambangkan
dengan dua huruf, seperti dj, tj, sj, ng, dan ch. Para pakar bahasa
menginginkan satu lamabang untuk satu bunyi. Gagasan tersebut dibawa ke dalam
pertemuan dua Negara, yaitu Indonensia dan Malaysia. Karena pertemuan
tersebut, maka konsep ejaan barupun muncul dan dikenal sebagai Ejaan
Melindo.
Contoh :
ü Kakak
selalu mencuci sepeda motor setiap Minggu
ü Dia
meɳakui kesalahanήa sendiri
ü Adik
mendapatkan buku kenaɳan saat perpisahan sekolahήa
ü Kakak
sibuk mencari pensilήa yang hilang.
3.1.4
Ejaan Indonesia Lama
Sebelum mengenal EYD seperti sekarang ini,
masyarakat Indonesia masih menggunakan Ejaan Indoensia Lama. Berikut adalah
contoh kalimat yang menggunakan Ejaan Indonesia Lama :
Contoh :
ü Jogjakarta
adalah kota pelajar
ü Pantjasila
adalah dasar negara Indonesia
ü Dèsa
ini boetoeh seboeah djembatan baroe
ü Sate
adalah makana chas dari Madoera
3.1.5
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan
Yang Disempurnakan itu
dinyatakan secara resmi dan berlaku mulai tanggal 17 Agustus 1972 dengan Surat
Keputusann Presiden Republik Indonesia No.52 tahun 1972. Ejaan inilah yang
bangsa Indonesia gunakan hingga sekarang.
Contoh
:
ü Ibu
membeli gula di pasar
ü Anak
– anak kecil bermain bola di lapangan setiap sore hari
ü Ayah
membaca koran setiap pagi
ü Kakak
pergi kuliah bersama temannya
3.2 Saran
Sebagai rakyat Indonesia, kita harus dapat menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Jangan merasa bangga dengan bahasa yang
bukan bahasa Indonesia, tapi berbanggaah dengan bahasa kita, yaitu bahasa
Indonesia.
Kita
juga perlu mempelajari bahasa selain bahasa Indonesia, bahasa Inggris misalnya.
kita boleh memahami atau bahkan lancar berbahasa Inggris dengan baik. Tetapi
kita juga tidak boleh lupa dengan bahasa persatuan kita, yaitu bahasa
Indonesia. Karena para ilmuan dan orang – orang yang berpengaruh terhadap
terciptamya bahasa Indoensia tidak pernah lelah untuk melakukan penyempurnaan
terhadap bahasa Indoensia hingga dapat kita gunakan dengan mudah saat ini. Maka
dari itu banggalah dengan bahasa Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Suhaedja, Edja, dkk. 1983. Bahasa
Indonesia I. Jakarta : PT. PALEM JAYA ARIADNE
Waridah, Ernawati. 2008. EyD & Seputar
Kebahasaan – Indonesiaan. Jakarta Selatan : KawanPustaka
Ahmadi, Anas, dkk. 2015. Menulis Ilmiah
: Buku Ajar MPK Bahasa Indonesia. Surabaya : Unesa University Press
Sumber Lain :
http://evaeempuy.blogspot.co.id/2011/02/karya-ilmiah_28.html
http://tjinta.mywapblog.com/bahasa-indonesia-ejaan-lama-dj-j-j-y-tj.xhtml
https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/EYD
https://hestilawinisari.wordpress.com/2011/11/14/jenis-ejaan-yang-pernah-digunakan-di-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar